SEJARAH SASTRA


Masalah Angkatan dan Periodisasi Sastra
Periodisasi sastra Indonesia erat kaitannya dengan latar belakang zaman yang menyebabkan periodisasi itu penting. Beberapa peristiwa sejarah telah menghiasi lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Peristiwa sejarah yang pertama ialah lahirnya gerakan kebangsaan seperti Budi Utomo, Serikat Dagang Islam, Taman Siswa, Muhammadiyah dll. Semua organisasi itu lebih banyak bergerak dalam bidang pendidikan.


Dengan bekal dan pengalamannya terhadap bangsa serta kebudayaan lain yang lebih maju, mereka menjadi sadar betapa terbelakangnya masyarakat dan bangsanya. Dengan kesadaran itu mereka berupaya untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa. Salah satu sikap budaya yang mereka anggap sebagai penghambat kemajuan adalah feodalisme.

Dalam buku Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Ajib Rosidi membagi periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut:
1. Masa Kelahiran dan Masa Penjadian (1900-1945) yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, (1) periode awal hingga 1933; (2) periode 1933-1942; dan (3) periode 1942-1945.
2. Masalah perkembangan (1945 sampai sekarang) yang lebih lanjut dapat pula dibagi menjadi (1) periode 1945-1953; (2) periode 1953-1961; (3) periode 1961-sampai sekarang.

Dra. B Simorangkir Simanjuntak dalam buku Kesusastraan jilid I membagi kesusastraan menurut zamannya sebagai berikut:
1. Kesusastraan Masa Lama atau Purba (sebalum masuk pengaruh dari India), kesusastraan ini meliputi cerita tentang doa, mantra, silsilah, adat kebiasaan, dan kepercayaan.
2. Kesusastraan Masa Hindu/Arab
Kesusastraan ini mulai datangnya pengaruh Hindu, dan kedatangan agama Islam, sampai kedatangan orang asing lain meliputi; cerita mengenai asal usul manusia, alam agama, silsilah raja dan keluarga, cerita yang bersifat didaksi, dan cerita pelipur lara.
3. Kesusastraan Baru
Kesusastraan baru terbagi atas tiga bagian;
a) Masa Adbullah din Abdul Kadir Munsyi
b) Masa Balai Pustaka
c) Masa Pujangga Baru
4. Kesusastraan Masa Mutakhir
Dari tahun 1942 hingga sekarang
a) Kesusastraan Lama (…-1920)
b) Kesusastraan Baru (1920-1945)
c) Kesusastraan Modern (1945-…)

Menurut Sabaruddin Ahmad periode sastra dapat digolongkan sebagai berikut;
1. Kesusastraan Lama
a) Dinamisme
b) Hinduisme
c) Islamisme
2. Kesusastraan Baru
a) Masa Abdullah din Abdul Kadir Munsyi
b) Masa Balai Pustaka
c) Masa Pujangga Baru
d) Masa Angkatan ‘45

Sedangkan Zuber Usman membagi periode sastra Indonesia sebagai berikut;
1. Kesusastraan Lama
2. Kesusastraan Zaman Peralihan
3. Kesusastraan Baru, yang meliputi;
a) Zaman Balai Pustaka (1908)
b) Zaman Pujangga Baru (1933)
c) Zaman Jepang (1942)

Kalau kita perhatikan pendapat dari para ahli di atas, kita akan menemukan adanya perbedaan sudut pandang, ada yang menyatakan sastra Melayu termasuk sastra Indonesia, sedangkan pihak lain menyatakan bahwa sastra Melayu tidak termasuk sastra Indonesia.

Jadi sastra Indonesia adalah sebuah karya sastra yang menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian suatu karya sastra yang tidak menggunaka bahasa Indonesia, bukan sastra Indonesia. Oleh karena karya sastra sebelum masa Balai Pustaka menggunakan bahasa Melayu, bukan bahasa Indonesia, maka kesusastraan itu tidak bisa dianggap sebagai sastra Indonesia. Kesusastraan Indonesia baru dimulai pada zaman Balai Pustaka. Dengan demikian, pembagian kesusastraan menurut zamannya sebagai berikut;

1. Masa Balai Pustaka
a) Pada tanggal 14 september 1908, dengan ketetapan gubernumen No. 12, didirikanlah sebuah badan dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat) di bawah pimpinan G.A.J. Hazeu
b) Pada tahun 1922 nama diganti menjadi Balai Pustaka, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan usahanya. Kemudian berturut-turut Balai Pustaka dipimpin oleh Dr. D.A. Rinkes, Dr. G.W.J. Drewes, Dr. K.H.A. Hidding.
2. Masa Pujangga Baru
Pujangga baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan juli 1933. Kemudian nama ini dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda mengambil inisiatif penerbit majalah itu, serta pujangga-pujangga yang terus-menerus memelihara tubuhnya dengan sumbangan karangan-karangan mereka, baik puisi maupun prosa.
3. Masa Angkatan ‘45
Angkatan ’45 lahir ditengah dentuman meriam dan bom yang hebat dan dahsyat. Pada masa itu ada pemerintahan penduduk jepang yang sedang berkuasa ditanah air Indonesia. Nama angkatan ’45 sebenarnya dipakai sebagai lambing kemerdekaan dalam kesusastraan sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno – Hatta tanggal 17 Agustus 1945.
4. Masa Sesudah Angkatan ‘45
Sesudah angkatan ’45 ada beberapa angkatan, tetapi hal itu tidak popular. HB Jassin dalam bukunya “Angkatan ‘66” mengemukakan angkatan ’66. Namun tidak semua pihak menerima kehadiran angkatan itu. WS Rendra di Yogyakarta mengemukakan angkatan ’50. Namun nama itu tidak popular. Kedua angkatan inilah yang kita sebut angkatan sesudah angkatan ’45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar